Rabu, 06 Juni 2012

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) EFUSI PLEURA Oleh: Kelompok 18 1. L. Yanu Sugiharka 2. Desak Putu Endang 3. Logan Gautama 4. Nani Farhaini 5. Herianto YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N) 2012 LEMBAR PENGESAHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN EFUSI PLEURA Oleh : Mahasiswa Praktik Pendidikan Profesi Ners STIKES Yarsi Mataram MENYETUJUI: SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) STIKES YARSI MATARAM KELOMPOK 18 Pokok Bahasan : Efusi Pleura Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien Hari / tanggal : Sabtu, 09 Juni 2012 Waktu : 30 menit Tempat : Ruang Bugenvil RSUP NTB I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga pasien dapat memahami tentang penyakit Efusi pleura. II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Pasien dan Keluarga Pasien dapat menyebutkan definisi, tanda dan gejala, serta cara penanganan penyakit Efusi pleura. 2. Pasien dan Keluarga pasien dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita Efusi pleura. III. MATERI Terlampir IV. METODE Ceramah dan tanya jawab. V. MEDIA Leaflet dan lembar balik. VI. KEGIATAN PENYULUHAN NO KEGIATAN WAKTU EVALUASI 1. Memberi salam, menyakan keadaan klien 5’ Klien menjawab salam, mempersilahkan masuk dan menyetujui kontrak waktu 2. Menjelaskan maksud kedatangan dan membuat kontrak waktu 5’ Klien mendengarkan dengan seksama dan menyetujui kontrak waktu yang ditetapkan bersama 3. Melakukan pendidikan kesehatan tentang Efusi pleura 10’ Klien memperhatikan dengan seksama. 4. Menanyakan kepada klien tentang kejelasan materi yang disampaikan. Mempersilahkan pasien/ keluarga pasien mengajukan pertanyaan 5’ Menanggapi dengan melakukan pertanyaan Menjawab pertanyaan dari pasien atau keluarga. 5. Mengakhiri kontrak waktu dan berpamitan kepada pasien dan keluarganya 5’ Klien dan keluarga mempersilahkan dengan baik VII. SUSUNAN KEPANITIAAN Moderator : Herianto Penyaji : Desak Putu Endang. Observer : Logan Gautama Fasilitator : Nani dan L. Yanu VIII. EVALUASI Evaluasi dilakukan dengan melihat proses selama penyuluhan dan evaluasi hasil berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. MATERI PENYULUHAN A. Pengertian Efusi Pleural Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000). Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995). Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita. B. Penyebab Efusi Pleural 1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior. 2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis. Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :  Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik  Penurunan tekanan osmotic koloid darah  Peningkatan tekanan negative intrapleural  Adanya inflamasi atau neoplastik pleura C. Tanda dan Gejala Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.  Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.  Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.  Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).  Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.  Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura. D. Klasifikasi Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya. Akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit berikut: Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis. Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi: 1. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah :  Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura  kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura  Gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang. 2. Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:  Pneumonia  Infeksi pada cedera di dada  Pembedahan dada  Pecahnya kerongkongan  Abses di perut. 3. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor. E. Komplikasi 1. Fibrotoraks Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut. 2. Atalektasis Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura. 3. Fibrosis paru Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis. 4. Kolaps Paru Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru. F. PENGOBATAN 1. Pengobatan Kausal Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan efusi dapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan thoraxosentesis. Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg. Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan efektif. 2. Thoraxosentesis, indikasinya :  Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan  Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal  Bila terjadi reakumulasi cairan  Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothoraxs. 3. Water Sealed Drainage Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi maligna. Indikasi WSD pada empyema :  Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi  Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu  Terjadinva piopneumothoraxs 4. Pleurodesis Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk) atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi kembali. G. PENCEGAHAN Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosa kausal belum dapat ditegakkan. DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius. Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi Vol 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. SM, Leane. 2010. Efusi pleura. http://www.koni.or.id/files/documents/journal/2.%20 EFUSI PLEURA %20Oleh%20Leane%20S%20M.pdf Munieb.2011.EfusiPleura.http://muniebstikes.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html DAFTAR HADIR PENYULUHAN EFUSI PLEURA DI RUANG BUGENVIL RSUP NTB RABU, 09 JUNI 2012 No Nama Alamat Tanda Tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar