Rabu, 06 Juni 2012
Poli Bedah
Kista Ateroma
Kista ateroma adalah benjolan dengan bentuk yang kurang lebih bulat dan berdinding tipis, yang terbentuk dari kelenjar keringat (sebacea), dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar tersebut. Disebut juga kista sebacea, kista epidermal. Sumbatan pada muara kelenjar sebacea, dapat disebabkan oleh infeksi, trauma (luka/benturan), atau jerawat. Banyak dijumpai di kulit yang banyak mengandung kelenjar keringat, misalnya di muka, kepala, punggung. Bentuk bulat, berbatas tegas, berdinding tipis, dapat digerakkan, melekat pada kulit di atasnya. Isinya cairan kental berwarna putih abu-abu, kadang disertai bau asam. Merah dan nyeri jika terjadi peradangan.(10)
Penatalaksanaan kista ateroma dilakukan dengan mengambil benjolan dengan menyertakan kulit dan isinya, tujuannya untuk mengangkat seluruh bagian kista hingga ke dindingnya secara utuh. Bila dinding kista tertinggal saat eksisi, kista dapat kambuh, oleh karena itu, harus dipastikan seluruh dinding kista telah terangkat.
Bila terjadi infeksi sekunder, dan terbentuk abses, dilakukan pembedahan dan evakuasi nanah, biasanya diberikan antibiotik selama 2 minggu. Terapi antibiotik diberikan jika ada tanda infeksi yaitu kemerahan dan inflamasi, yang tersering oleh bakteri staphylococci. Setelah luka tenang (3-6 bulan) dapat dilakukan operasi untuk kista ateromanya.(10,11)
F.7. Kista Dermoid
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
EFUSI PLEURA
Oleh:
Kelompok 18
1. L. Yanu Sugiharka
2. Desak Putu Endang
3. Logan Gautama
4. Nani Farhaini
5. Herianto
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS (P3N)
2012
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
EFUSI PLEURA
Oleh :
Mahasiswa Praktik Pendidikan Profesi Ners
STIKES Yarsi Mataram
MENYETUJUI:
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
STIKES YARSI MATARAM
KELOMPOK 18
Pokok Bahasan : Efusi Pleura
Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien
Hari / tanggal : Sabtu, 09 Juni 2012
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Bugenvil RSUP NTB
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan keluarga pasien dapat memahami tentang penyakit Efusi pleura.
II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Pasien dan Keluarga Pasien dapat menyebutkan definisi, tanda dan gejala, serta cara penanganan penyakit Efusi pleura.
2. Pasien dan Keluarga pasien dapat berperan dalam melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang menderita Efusi pleura.
III. MATERI
Terlampir
IV. METODE
Ceramah dan tanya jawab.
V. MEDIA
Leaflet dan lembar balik.
VI. KEGIATAN PENYULUHAN
NO KEGIATAN WAKTU EVALUASI
1. Memberi salam, menyakan keadaan klien 5’
Klien menjawab salam, mempersilahkan masuk dan menyetujui kontrak waktu
2. Menjelaskan maksud kedatangan dan membuat kontrak waktu 5’
Klien mendengarkan dengan seksama dan menyetujui kontrak waktu yang ditetapkan bersama
3. Melakukan pendidikan kesehatan tentang Efusi pleura 10’
Klien memperhatikan dengan seksama.
4. Menanyakan kepada klien tentang kejelasan materi yang disampaikan.
Mempersilahkan pasien/ keluarga pasien mengajukan pertanyaan 5’
Menanggapi dengan melakukan pertanyaan
Menjawab pertanyaan dari pasien atau keluarga.
5. Mengakhiri kontrak waktu dan berpamitan kepada pasien dan keluarganya 5’
Klien dan keluarga mempersilahkan dengan baik
VII. SUSUNAN KEPANITIAAN
Moderator : Herianto
Penyaji : Desak Putu Endang.
Observer : Logan Gautama
Fasilitator : Nani dan L. Yanu
VIII. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan melihat proses selama penyuluhan dan evaluasi hasil berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Efusi Pleural
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000). Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995).
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan karena terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah suatu disease entity tapi merupakan suatu gejala penyakit yang serius yang dapat mengancam jiwa penderita.
B. Penyebab Efusi Pleural
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
Penurunan tekanan osmotic koloid darah
Peningkatan tekanan negative intrapleural
Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
C. Tanda dan Gejala
Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
D. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, effusi dibagi menjadi unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit penyebabnya. Akan tetapi efusi yang bilateral ditemukan pada penyakit-penyakit berikut: Kegagalan jantung kongestif, sindroma nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus systemic, tumor dan tuberkolosis.
Berdasarkan jenis cairannya dibedakan menjadi:
1. Hemotoraks (darah di dalam rongga pleura) biasanya terjadi karena cedera di dada. Penyebab lainnya adalah :
Pecahnya sebuah pembuluh darah yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
kebocoran aneurisma aorta (daerah yang menonjol di dalam aorta) yang kemudian mengalirkan darahnya ke dalam rongga pleura
Gangguan pembekuan darah. Darah di dalam rongga pleura tidak membeku secara sempurna, sehingga biasanya mudah dikeluarkan melelui sebuah jarum atau selang.
2. Empiema (nanah di dalam rongga pleura) bisa terjadi jika pneumonia atau abses paru menyebar ke dalam rongga pleura. Empiema bisa merupakan komplikasi dari:
Pneumonia
Infeksi pada cedera di dada
Pembedahan dada
Pecahnya kerongkongan
Abses di perut.
3. Kilotoraks (cairan seperti susu di dalam rongga dada) disebabkan oleh suatu cedera pada saluran getah bening utama di dada (duktus torakikus) atau oleh penyumbatan saluran karena adanya tumor.
E. Komplikasi
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.
4. Kolaps Paru
Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.
F. PENGOBATAN
1. Pengobatan Kausal
Pleuritis TB diberi pengobatan anti TB. Dengan pengobatan ini cairan efusi dapat diserap kembali untuk menghilangkan dengan cepat dilakukan thoraxosentesis.
Pleuritis karena bakteri piogenik diberi kemoterapi sebelum kultur dan sensitivitas bakteri didapat, ampisilin 4 x 1 gram dan metronidazol 3 x 500 mg. Terapi lain yang lebih penting adalah mengeluarkan cairan efusi yang terinfeksi keluar dari rongga pleura dengan efektif.
2. Thoraxosentesis, indikasinya :
Menghilangkan sesak yang ditimbulkan cairan
Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal
Bila terjadi reakumulasi cairan
Kerugiannya: hilangnya protein, infeksi, pneumothoraxs.
3. Water Sealed Drainage
Penatalaksanaan dengan menggunakan WSD sering pada empyema dan efusi maligna. Indikasi WSD pada empyema :
Nanah sangat kental dan sukar diaspirasi
Nanah terus terbentuk setelah 2 minggu
Terjadinva piopneumothoraxs
4. Pleurodesis
Tindakan melengketkan pleura visceralis dengan pleura parietalis dengan menggunakan zat kimia (tetrasiklin, bleomisin, thiotepa, corynebacterium, parfum, talk) atau tindakan pembedahan. Tindakan dilakukan bila cairan amat banyak dan selalu terakumulasi kembali.
G. PENCEGAHAN
Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih lengkap bila diagnosa kausal belum dapat ditegakkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
Price, Sylvia A. 2002. Patofisiologi Vol 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
SM, Leane. 2010. Efusi pleura.
http://www.koni.or.id/files/documents/journal/2.%20 EFUSI PLEURA %20Oleh%20Leane%20S%20M.pdf
Munieb.2011.EfusiPleura.http://muniebstikes.blogspot.com/2011/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan.html
DAFTAR HADIR PENYULUHAN EFUSI PLEURA
DI RUANG BUGENVIL RSUP NTB
RABU, 09 JUNI 2012
No Nama Alamat Tanda Tangan
Langganan:
Postingan (Atom)